Dalam rangka peringatan “Hari Bambu Sedunia Tahun 2012” di Indonesia khususnya untuk wilayah Daerah Istiwewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu Opak Progo bekerjasama dengan Panitia Perayaan Hari Bambu Sedunia 2012, menggelar peringatan Hari Bambu Sedunia di Desa Wringin Putih Kecamatan Borobudur, acara yang diadakan cukup banyak dari : Penanaman Bambu, Temu Usaha, Seminar Bambu, Penenaman Bambu, Focus Group Discusion, Pameran Bamu dan Seni Budaya, Pertunjukan Seni Bambu.
Penyelenggaraan Hari Bambu Sedunia ini banyak dihadiri oleh pejabat, pemerhati bambu, Pedagang Bambu, Pengusaha, Pebisnis, Petani, Pelajar dan Artis.
Perayaan Hari Bambu dimulai pada tanggal 17 s/d 22 September 2012.
Sekelumit tentang Bambu
Indonesia dikenal kaya akan sumber
daya alam yang berupa hutan yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Hutan
tidak hanya memberikan kayu sebagai produk utamanya, namun juga hasil hutan
ikutan (by product) yang berasal dari tanaman non kayu, hewan-hewan,
batu-batuan, air, udara segar, pemandangan alam dan sebagainya. Selama ini
hasil hutan non kayu yang berasal dari tanaman dan bersifat dapat diperbarui
belum sepenuhnya mendapatkan perhatian dari para pemangku kepentingan di sektor
kehutanan, padahal kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tanaman-tanaman non
kayu yang berasal dari hutan memberikan
kontribusi ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang cukup signifikan bagi
masyarakat sekitar hutan.
Ribuan kepala
keluarga saat ini menggantungkan hidup dari serat-serat alam termasuk bambu yang
banyak dihasilkan dari hutan dan sekitar hutan. Sebagai
bahan industri kerajinan bambu mempunyai beberapa keunggulan misalnya umur 2-5
tahun sudah dapat dipanen, tersedia sepanjang musim ; murah harganya; relatif
mudah diperoleh; mudah dikerjakan dan mudah dibentuk; dapat diwarnai dengan zat
warna sintetis maupun zat warna alam.
Pentingnya peranan bambu disadari oleh Sri Sultan
Hamengkubuwana I sehingga saat
dibangunnya kota Yogyakarta
dengan kampung-kampung mengelilingi kraton
bagi para anggota bredaga/prajurit
yang masing-masing disediakan kapling seluas lebih kurang 1000 - 1500
meter persegi. Bambu menjadi salah satu jenis yang wajib ditanam selain jenis
buah-buahan dan tanaman berguna lain.
Kalau dahulu orang memakai bambu
karena kurang mampu dan dianggap sebagai barang inferior, sekarang bambu telah
bergeser menjadi barang seni yang dibeli karena keindahannya. Perlengkapan
rumah tangga seperti meja, kursi, dipan, sekat, pot, almari, rak, kap lampu, aneka
anyaman dari bambu sudah masuk hotel-hotel berbintang. Keberadaannya sudah
bukan sebagai pelengkap lagi, namun sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kesatuan interior.
Industri
kerajinan bambu merupakan salah satu mata rantai komoditi kerajinan yang
keberadaannya semakin berkembang sesuai dengan permintaan konsumen yang kian
beragam. Produk ini tidak hanya untuk konsumsi di dalam negeri, namun sudah
merambah ke negara-negara lain yang sangat menghargai karya seni dan
kecenderungan “back to nature” karena
dapat memanfaatkan sumber daya alam serta adanya ketentuan “ecolabel” untuk
produk-produk tertentu yang mensyaratkan bahan baku maupun kemasan yang ramah
lingkungan, serta kemampuan degradable bambu jauh melampaui plastic
Bahan baku
yang tersedia sepanjang musim dan tidak
mengandung komponen impor, serta ketrampilan turun temurun menjadikan industri
ini menunjukkan eksistensinya di saat krisis ekonomi melanda negeri kita.
Sifat-sifat bambu yang unggul tersebut mengakibatkan gejala
“ booming” pemanfaatan bambu yang nampak saat dimana para perajin mendapati
hasil produknya terserang hama
bubuk. Hal tersebut menunjukkan terjadinya eksploitasi bambu tanpa memandang
daya dukung alam. Saat ini bukan saja sulit untuk memperoleh jenis bambu dengan
kualitas yang diinginkan, harganyapun sudah terbilang tidak murah lagi. Permintaan
yang sangat tinggi dengan pasokan yang sangat
terbatas memaksa para perajin bambu mamanfaatkan bambu yang belum siap
tebang dan dipanen tidak pada saat tebang.
Dengan latar belakang seperti itu
wajar apabila para pemerhati masalah bambu melakukan berbagai terobosan agar
jangan sampai keberadaan bambu suatu saat tinggal kenangan saja. Hal itu
bukan hanya sekedar kekawatiran yang
tidak beralasan, namun sudah dan makin tampak oleh digantikannya peran bambu
sebagai penahan/talud di tebing-tebing sungai, jurang atau bukit dengan
bangunan bersemen. Bahkan ada sebagian perangkat desa yang merasa bangga karena
desanya sudah bebas dari tanaman bambu. Sementara disisi lain diakui nilai
ekonomis bambu terutama sebagai bahan baku
industri kerajinan semakin lama semakin meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar